Pulau Cingkuak dan Keindahannya

Oleh Hayatunnisa


Pagi itu, Minggu (13/3) pukul 09.00 saya bersama rombongan lima teman lainnya berencana pergi ke Pulau Cingkuak, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel). Kami berangkat dari Pasar Raya menaiki bus. Masing-masing dari kami dikenakan biaya tiket Rp20.000. Informasi dari salah satu teman rombongan, Resti yang merupakan warga asli Pessel mengatakan perjalanan di atas bus akan memakan waktu selama dua jam.

Tepat dua jam setelahnya kami sampai di Pantai Carocok, salah satu pantai yang menjadi destinasi favorit wisata di Pessel. Sembari dipandu oleh Resti, kami menyusuri pantai dengan pasir berwarna putih hingga akhirnya sampai di tempat registrasi masuk ke pulau Cingkuak. Setiap orang dikenakan biaya Rp5.000. setelahnya, kami berjalan menuju dermaga ke tempat perahu yang akan membawa kami menuju Pulau Cingkuak. Kali ini setiap orang dikenakan biaya Rp20.000.

Pulau Cingkuak letaknya memang tidak jauh dari Pantai Carocok. Jika menaiki perahu, perjalanan hanya memakan waktu sekitar lima menit. Letaknya yang cukup dekat dan mudah diakses inilah yang menjadikan pulau ini wamai dikunjungi wisatawan.

Di tengah perjalan di atas perahu dengan hembusan angin yang teduh, sebuah pertanyaan terlontar dari salah seorang kawan. Mengapa pulau ini dinamakan “cingkuak” yang dalam bahasa Minang artinya adalah “monyet”. Pertanyaan tersebut ditodongkan kepada kawan kami Resti. Ia sendiri tidak tahu pasti alasannya, namun ia berkata kemungkinan dulunya ada banyak monyet di pulau ini.

Sesampainya di dermaga, kami disuguhkan dengan gugusan pasir putih yang terbentang di sepanjang bibir pulau. Turun dari perahu, kami menaiki dermaga yang terbuat dari tong-tong yang membuat dermaga tersebut terapung. Tampak pula di sebelah kanan dermaga sebuah ayunan sepertinya sengaja ditaruh untuk dijadikan spot foto oleh wisatawan.

Saat kami tiba jam menunjukkan waktu makan siang tiba. Kamipun mencari tempat untuk makan siang. Tidak susah mencari makan siang di pulau ini. Ada banyak warung yang menyediakan beragam jenis makanan. Wisatawan jadi tidak perlu membawa bekal dari rumah.

Pulau ini berpasir putih, debur ombaknya tidak begitu kencang. Pantainyapun begitu bersih sehingga membuat wisatawan nyaman. Ada banyak spot foto yang dapat dipakai oleh wisatawan. Begitu pula dengan wahana bermain. Ada banana boat, jet sky, donat, dan sebagainya. Wisatawan juga bisa snorkling dengan menyewa peralatannya terlebih dahulu.

Kami sendiri hanya mencicipi dua wahana, yaitu banana boat dan donat. Kedua wahana ini cukup memacu adrenalin karena sensasi menegangkan ketika dijatuhkan dari banana boat dan terombang ambing ombak ketika menaiki donat.

Waktu yang seakan berlalu terlalu cepat membuat hari sudah semakin sore. Tidak cukup waktu kami untuk menjelajahi seluruh wahana dan fasilitas pulau. Kamipun kembali pulang ke daratan. Di tengah perjalan kembali ke Pantai Carocok, Resti mengatakan bahwa di Pulau Cingkuak ini ada destinasi wisata sejarah peninggalan penjajahan Jepang yang terletak ditengah pulau. Sangat disayangkan kami baru mengetahui informasi ini ditengah perjalanan pulang. Tentunya wisata sejarah ini dapat dijadikan daftar tambahan objek yang harus dikunjungi di Pulau Cingkuak kedepannya.

0 Comments

Posting Komentar